Sabtu, 16 Februari 2013

Tari Bedhaya Ketawang

Tari Bedhaya Ketawang adalah sebuah tari yang amat disakralkan dan hanya digelar setahun sekali. Konon didalamnya sang Ratu Kidul ikut menari sebagai tanda penghormatan kepada raja-raja penerus dinasti Mataram. Perbendaharaan beksan(tarian) tradisi keraton Surakarta Hadiningrat terdiri dari berbagai ragam. dilihat dari fungsinya, tarian itu bisa dibagi dalam 3 macam. Yaitu tari yang punya sifat magis rekigius, tari yang menggambarkan peperangan, dan tari yang mengandung cerita(drama). Masing-masing tari tercipta karena ada sejarahnya yang dipengruhi oleh suasana saat itu. Berbagai macam jenis tari yang diciptakan oleh pengramu keraton bukan asal buat, melainkan dipadu dengan masukan kalangan lelembut yang punya hubungan baik dengan keluarga keraton, Sehingga ada muatan gaib dan mistis. Tari yang punya sifat magis dan religius ini, seperti Bedhaya biasanya diperagakan oleh kaum putri yang berjumlah 7 atau 9 orang, sedang yang diperagakan oleh 4 putri biasa disebut tari Srimpi.
     ASAL-USUL TARI BEDHAYA KETAWANG
Asal mulanya tari Bedhaya Ketawang hanya diperagakan tujuh wanita saja. Dalam perkembangan selanjutnya, kaerana tari ini dianggap sebuah tarian khusus dan dipercaya sebagai tari yang amat sakral kemudian diperagakan oleh sembilan orang. Berbeda dengan tarian lainnya, Bedhaya Ketawang ini semula diperagakan khusus oleh abdi dalem Bedhaya Keraton Surakarta Hadiningrat. Iramanya pun terdengar lebih luruh (halus) dibanding tari lainnya semisal Srimpi, dan dalam penyajiannya tanpa disertai keplok-alok (tepuk tangan dan perkataan). Dikatakan tari Bedhaya karena tari ini menyesuaikan dengan gendinnya, seperti Bedhaya Gending Ketawang Ageng(Karya Panembahan Senapati) Bedhaya Gending Tejanata dan Sinom( karya PB IX) Bedhaya Pangkur (karya PB VIII), Miyanggong(karya PB IV), Duradasih (karya PB V), dan lainnya. Siapa sebenarnya pencipta tari Bedhaya Ketawang itu sendiri sampai sekarang masih simpang siur.
Bedhaya Ketawang misalnya menurut SinuhunPaku Buwono X menggambarkan lambang kasihnya cinta Kanjeng Ratu Kidul pada Panembahan Senopati, segala gerak melambangkan bujuk rayu dan cumbu birahi, walaupun dapat dielakkan Sinuhun, Kanjeng Ratu Kidul tetap memohon agar Sinihun ikut bersamanya menetap didasar samudera dan bersinggasana di Sakadhomas Bale Kencana (Singgasana yang dititipkan oleh Prabu Rama Wijaya didasar lautan) dan terjadilah perjanjian/Sumpah Sakral antara Ratu Kanjeng Kidul dan Raja Pertama tanah Jawa, yang tidak dapat dilanngar oleh raja-raja Jawa yang turun temurun atau raja-raja penerus.
         Satu sumber menyebutkan bahwa tari ini diciptakan oleh Panembahan Senapati-Raja Mataram pertama sewaktu bersemadi di Pantai Selatan. Ceritanya, dalam semadinya Panembahan Senapati bertemu dengan Kanjeng Ratu Kencanasari (Ratu Kidul) yang sedang menari. Selanjutnya, Penguasa laut Selatan ini mengajarkannya pada penguasa Mataram ini.
Sumber lainnya menyebutkan bahwa tari Bedhaya Ketawang ini diciptakan oleh Sultan Agung Anyakrakusuma (cucu Panembahan Senapati). Menurut Kitab Wedhapradangga yang dianggap pencipta tarian ini adalah Sultan Agung (1613-1645), raja terbesar dari kerajaan Mataram bersama Kanjeng Ratu Kencanasari, penguasa laut Selatan. Ceritanya, ketika Sultan Agung sedang bersemadi, tiba-tiba mendengar suara alunan gending. Kemudian Sultan Agung berinisiatif menciptakan gerakan-gerakan tari yang disesuaikan dengan alunan gending yang pernah didengar dalam alam semadinya itu. Akhirnya, gerakan-gerakan tari itu bisa dihasilkan dengan sempurna dan dinamakan tari Bedhaya Ketawang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar